Baca Juga
4 Jenis Upacara Adat Sunda Pada Masa Kehamilan. Indonesia adalah
bangsa yang kaya akan peristiwa-peristiwa budaya yang tidak pernah ada di Negara
lain. Maka untuk kali ini saya akan membuat artikel tentang 4 jenis upacara
adat Sunda pada masa kehamilan.
Untuk itu
buat para pengunjung silakan disimak, beberapa ritual yang suka diadakan ketika
seorang perempuan mengandung.
Berikut ini adalah Jenis Upacara Adat Pada Masa Kehamilan
1.
Upacara
Adat Masa Kandungan Empat Bulan
Menurut anggapan kaum
perempuan masyarakat suku Sunda pada jaman dahulu , pada saat umur kandungan
baru menginjak dua atau tiga bulan itu masih belum dianggap mengandung. Hal itu
masih dianggap tahap masih masa ngidam (nyiram;bahasa Sunda).
Dianggap seorang
perempuan sedang mengandung apabila masa kandungan sudah lewat dari tiga bulan.
Ketika usia kandungan menginjak tiga bulan dan lima bulan barulah dilaksanakan
ritual adat sebagai tanda atau pemberitahuan kepada tetangga terdekat atau pun
kerabat bahwa si perempuan itu sudah benar-benar mengandung atau sedang mengandung
Kecenderungan melaksanakan
ritual upacara adat pada usia kandungan menginjak empat bulan, hal ini
berdasarkan dari keterangan dari Al Quran bahwa bahwa pada saat usia empat
bulan Allah SWT, telah meniupkan ruh ke jasad jabang bayi di dalam kandungan
Ada pun pelaksanaan
upacara adat pada masa ini , dilaksanakan dengan cara mengadakan do’a bersama
dan membacakan do’a – do’a untuk keselamatan sang ibu dang jabang bayi yang
dikandungnya. Agar sehat, selamat sampai bayi tersebut terlahir.
2. Upacara Adat Masa Kandungan Tujuh Bulan (Upacara adat Tingkeban)
Pelaksanaan upacara adat pada masa usia kandungan tujuh bulan di sebut juga
dengan istilah upacara adat tingkeban. Kata tingkeban berasal dari bahasa Sunda
yang berarti tutup.
Makna dari upacara adat tingkeban bahwa seorang ibu yang
sedang mengandung agar jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat sehingga
dapat membahayakan dirinya dan kandungannya. Selain itu seorang istri pada masa
kandungannya sudah tujuh bulan dilarang bercampur (melakukan hubungan badan)
dengan suaminya sampai empat puluh hari sesusai masa persalinan. Intinya upacara
adat tingkeban dilakukan untuk memohon keselamatan bagi ibu dan jabang bayi
yang sedang dikandungnya.
Pelaksanaan upacara adat
tingkeban lajimnya diisi dengan acara pembacaan ayat-ayat suci Al Quran seperti
Q.S Lukman, Surat Maryam dan Surat Yusuf. Selain itu dipadukan dengan adat
budaya Sunda dengan properti yang harus disediakan yaitu :
a.
Rujak
Kanistren, yaitu rujak yang dibuat dari tujuh macam atau jenis buah-buahan
b.
Tujuh
lembar kain batik.
c.
Belut
d.
Kelapa
gading (kuning)
e.
Talawengkar
f.
Bunga
tujuh rupa atau macam
g.
Air
untuk mandi ibu hamil
Pelaksanaan
Upacara Adat Tingkeban
Terlebih
dahuu Ibu hamil dimandikan dengan air yang dicampur dengan tujuh macam bunga,
oleh tujuh orang keluarga terdekat dipimpin oleh paraji (dukun beranak).
Pada saat
menguyurkan ari tersebut secara bergantian dengan setiap gilirannya melilitkan
kain batik yang telah disediakan hal tersebut terus diulang sebanyak tujuh
kali.
Pada
saat guyuraan air giliran ketujuh kali di masukan belut dan belut tersebut
harus mengena atau menyentuh pada perut ibu hamil tersebut, hal ini bertujuan
agar bayi dapat lahir dengan mudah licin seperti sifat belut tersebut.
Ketika
belut tersebut terlepas dan jatuh dari tubuh ibu hamil tersebut maka harus
bersamaan dengan membelah kelapa gading yang sudah digambari oleh tokoh wayang.
Yang membelah kelapa gading tersebut dilakukan oleh suami si ibu hamil
tersebut.
Hal ini bermaksud agar bayi yang dilahirkan berparas cantik kalau
perempuan dan tampan kalau bayi tersebut laki-laki..
Seuasai
si ibu hamil tersebut dimandikan kemudian didandani untuk melakukan upacara
menjual rujak kanistren kepada anak-anak dan para tetamu yang hadir. Untuk membeli
rujak kanistren ini bukan dibeli atau ditukar dengan uang biasa akan tetapi
harus dibeli dengan talawengkar yang sudah dibentuk seperti uang koin.
Talawengkar adalah genting yang sudag dibentuk koin. Ketika si ibu hamil
melaksanakan upacara adat menjual rujak kanistren maka si suami harus membuang
properti atau alat-alat yang digunakan untuk memandikan tadi seperti air sisa
memandikan, belut, bunga,. Alat-alat tadi harus dibuang di pertitaan atau
perempatan jalan
Demikian rangkaian upacara adat tingkeban dilaksanakan.
3.
Upacara
Adat Masa Kandungan Sembilan Bulan
Upacara adat selanjutnya
ketika masa kandungan ibu hami menginjak sembilan bulan. Pada upacara adat ini
dilaksanakan pembacaan atay suci Al Qur’an secara bersama dengan tujuan memohon
keselamatan agar proses persalinan berjalan lancar.
Pada ritual upacara adat Sembilan
bulan ini disajikan atau dibuat bubur lolos yang dibagikan bersama nasi tumpeng
sebagai jamuan untuk tamu yang hadir. Maknanya agar proses persalinan berjalan
lancar.
4.
Upacara
Reuneuh Mundingeun
Reuneuh mundingeun artinya
usia kehamilan yang melebihi usia normal kehamilan. Disebut mundingeun karena
seperti kerbau bunting yang rata-rata sampai usia 12 bulan.
Nah, jika ada ibu
hamil yang masa kehamilannya sampai 12 bulan maka diadakanlah ritual upacara
adat reuneuh mundingeun.
Tujuan dilaksanakannya upacara ini agar perempuan yang
hamil 12 bulan itu secaepatnya melahirkan
Ada pun pelaksanaan upacara adat
reuneuh mundingeun ini sebagai berikut, perempuan yang hamil tua tersebut
digantungi oleh kolotok pada lehernya, kemudian dituntun oleh seorang paraji
(dukun beranak), menuju ke kandang kerbau.
Si ibu hamil tersebut harus
menirukan gerak-gerik kerbau dan menirukan suara kerbau kemudian diarak oleh
anak-anak sambil membawa cambuk mengelilingi kandang kerbau tersebut sebanyak
tujuh putaran. .
Jika tidak ada kandang kerbau dapat digantikan dengan
mengelilingi rumah. Setelah itu kemudian si ibu hamil tersebut di bawa kembali
ke dalam rumah untuk dimandikan oleh paraji (dukun beranak).
Itulah 4 jenis upacara adat Sunda pada masa kehamilan
yang suka dilaksanakan oleh masyarakat Sunda.
Walaupun beberapa jenis upacara
tersebut jarang dilaksanakan terutama untuk sisi budayanya karena dianggap
tidak praktis dan ekonomis, sehingga hanya dilaksanakan pengajian ayat suci Al
Qur’annya saja.
Dari macam-macam adat istiadat Sunda baik itu : upacara adat pernikahan, upacara adat seren taun, dan Tradisi khusus pengolahan sawah dalam budaya sunda,terkandung nilai-nilai positif bahwa proses
budaya tersebut merupakan cerminan dari kearifan lokal yang sarat akan nilai
dan makna yang terkandung di dalamnya.
Demikian artikel
singkat saya tentang 4 Jenis Upacara Adat Sunda Pada Masa Kehamilan semoga bermanfaat untuk kita semua.