4 Jenis Upacara Adat Sunda Pada Masa Kehamilan

16/03/17 : Maret 16, 2017
Baca Juga
4 Jenis Upacara Adat  Sunda Pada Masa Kehamilan. Indonesia adalah bangsa yang kaya akan peristiwa-peristiwa budaya yang tidak pernah ada di Negara lain. Maka untuk kali ini saya akan membuat artikel tentang 4 jenis upacara adat Sunda pada masa kehamilan.

Untuk itu buat para pengunjung silakan disimak, beberapa ritual yang suka diadakan ketika seorang perempuan mengandung.
4 Jenis Upacara Adat  Sunda Pada Masa Kehamilan

Berikut ini adalah Jenis Upacara Adat Pada Masa Kehamilan

1.   Upacara Adat Masa Kandungan Empat Bulan

Menurut anggapan kaum perempuan masyarakat suku Sunda pada jaman dahulu , pada saat umur kandungan baru menginjak dua atau tiga bulan itu masih belum dianggap mengandung. Hal itu masih dianggap tahap masih masa ngidam (nyiram;bahasa Sunda). 

Dianggap seorang perempuan sedang mengandung apabila masa kandungan sudah lewat dari tiga bulan. 

Ketika usia kandungan menginjak tiga bulan dan lima bulan barulah dilaksanakan ritual adat sebagai tanda atau pemberitahuan kepada tetangga terdekat atau pun kerabat bahwa si perempuan itu sudah benar-benar mengandung atau sedang mengandung

Kecenderungan melaksanakan ritual upacara adat pada usia kandungan menginjak empat bulan, hal ini berdasarkan dari keterangan dari Al Quran bahwa bahwa pada saat usia empat bulan Allah SWT, telah meniupkan ruh ke jasad jabang bayi di dalam kandungan

Ada pun pelaksanaan upacara adat pada masa ini , dilaksanakan dengan cara mengadakan do’a bersama dan membacakan do’a – do’a untuk keselamatan sang ibu dang jabang bayi yang dikandungnya. Agar sehat, selamat sampai bayi tersebut terlahir.

 2.   Upacara Adat Masa Kandungan Tujuh Bulan (Upacara adat Tingkeban) 

    Pelaksanaan upacara adat pada masa usia kandungan tujuh bulan di sebut juga dengan istilah upacara adat tingkeban. Kata tingkeban berasal dari bahasa Sunda yang berarti tutup. 

Makna dari upacara adat tingkeban bahwa seorang ibu yang sedang mengandung agar jangan melakukan pekerjaan yang terlalu berat sehingga dapat membahayakan dirinya dan kandungannya. Selain itu seorang istri pada masa kandungannya sudah tujuh bulan dilarang bercampur (melakukan hubungan badan) dengan suaminya sampai empat puluh hari sesusai masa persalinan. Intinya upacara adat tingkeban dilakukan untuk memohon keselamatan bagi ibu dan jabang bayi yang sedang dikandungnya.

Pelaksanaan upacara adat tingkeban lajimnya diisi dengan acara pembacaan ayat-ayat suci Al Quran seperti Q.S Lukman, Surat Maryam dan Surat Yusuf. Selain itu dipadukan dengan adat budaya Sunda dengan properti yang harus disediakan yaitu :

a.    Rujak Kanistren, yaitu rujak yang dibuat dari tujuh macam atau jenis buah-buahan
b.    Tujuh lembar kain batik.
c.    Belut
d.    Kelapa gading (kuning)
e.    Talawengkar
f.     Bunga tujuh rupa atau macam
g.    Air untuk mandi ibu hamil

Pelaksanaan Upacara Adat Tingkeban
Terlebih dahuu Ibu hamil dimandikan dengan air yang dicampur dengan tujuh macam bunga, oleh tujuh orang keluarga terdekat dipimpin oleh paraji (dukun beranak). 

Pada saat menguyurkan ari tersebut secara bergantian dengan setiap gilirannya melilitkan kain batik yang telah disediakan hal tersebut terus diulang sebanyak tujuh kali.

Pada saat guyuraan air giliran ketujuh kali di masukan belut dan belut tersebut harus mengena atau menyentuh pada perut ibu hamil tersebut, hal ini bertujuan agar bayi dapat lahir dengan mudah licin seperti sifat belut tersebut. 

Ketika belut tersebut terlepas dan jatuh dari tubuh ibu hamil tersebut maka harus bersamaan dengan membelah kelapa gading yang sudah digambari oleh tokoh wayang. Yang membelah kelapa gading tersebut dilakukan oleh suami si ibu hamil tersebut. 

Hal ini bermaksud agar bayi yang dilahirkan berparas cantik kalau perempuan dan tampan kalau bayi tersebut laki-laki..

Seuasai si ibu hamil tersebut dimandikan kemudian didandani untuk melakukan upacara menjual rujak kanistren kepada anak-anak dan para tetamu yang hadir. Untuk membeli rujak kanistren ini bukan dibeli atau ditukar dengan uang biasa akan tetapi harus dibeli dengan talawengkar yang sudah dibentuk seperti uang koin. 

Talawengkar adalah genting yang sudag dibentuk koin. Ketika si ibu hamil melaksanakan upacara adat menjual rujak kanistren maka si suami harus membuang properti atau alat-alat yang digunakan untuk memandikan tadi seperti air sisa memandikan, belut, bunga,. Alat-alat tadi harus dibuang di pertitaan atau perempatan jalan 

Demikian rangkaian upacara adat tingkeban dilaksanakan.


3.   Upacara Adat Masa Kandungan Sembilan Bulan

Upacara adat selanjutnya ketika masa kandungan ibu hami menginjak sembilan bulan. Pada upacara adat ini dilaksanakan pembacaan atay suci Al Qur’an secara bersama dengan tujuan memohon keselamatan agar proses persalinan berjalan lancar. 

Pada ritual upacara adat Sembilan bulan ini disajikan atau dibuat bubur lolos yang dibagikan bersama nasi tumpeng sebagai jamuan untuk tamu yang hadir. Maknanya agar proses persalinan berjalan lancar.

4.   Upacara Reuneuh Mundingeun

Reuneuh mundingeun artinya usia kehamilan yang melebihi usia normal kehamilan. Disebut mundingeun karena seperti kerbau bunting yang rata-rata sampai usia 12 bulan. 

Nah, jika ada ibu hamil yang masa kehamilannya sampai 12 bulan maka diadakanlah ritual upacara adat reuneuh mundingeun. 

Tujuan dilaksanakannya upacara ini agar perempuan yang hamil 12 bulan itu secaepatnya melahirkan

Ada pun pelaksanaan upacara adat reuneuh mundingeun ini sebagai berikut, perempuan yang hamil tua tersebut digantungi oleh kolotok pada lehernya, kemudian dituntun oleh seorang paraji (dukun beranak), menuju ke kandang kerbau. 

Si ibu hamil tersebut harus menirukan gerak-gerik kerbau dan menirukan suara kerbau kemudian diarak oleh anak-anak sambil membawa cambuk mengelilingi kandang kerbau tersebut sebanyak tujuh putaran. . 

Jika tidak ada kandang kerbau dapat digantikan dengan mengelilingi rumah. Setelah itu kemudian si ibu hamil tersebut di bawa kembali ke dalam rumah untuk dimandikan oleh paraji (dukun beranak).

Itulah 4  jenis upacara adat Sunda pada masa kehamilan yang suka dilaksanakan oleh masyarakat Sunda. 

Walaupun beberapa jenis upacara tersebut jarang dilaksanakan terutama untuk sisi budayanya karena dianggap tidak praktis dan ekonomis, sehingga hanya dilaksanakan pengajian ayat suci Al Qur’annya saja. 

Dari macam-macam adat istiadat Sunda baik itu : upacara adat pernikahan, upacara adat seren taun, dan Tradisi khusus pengolahan sawah dalam budaya sunda,terkandung nilai-nilai positif bahwa proses budaya tersebut merupakan cerminan dari kearifan lokal yang sarat akan nilai dan makna yang terkandung di dalamnya. 

Demikian artikel singkat saya tentang 4 Jenis Upacara Adat  Sunda Pada Masa Kehamilan semoga bermanfaat untuk kita semua.


Share Articles