Sejarah Singkat Tentang Aksara Sunda

23/02/17 : Februari 23, 2017
Baca Juga

Sejarah Aksara Sunda

Setelah terdahulu saya menyajikan artikel tentang Tata Cara dan  Makna Upacara Adat SiramanSunda pada postingan kali ini saya akan menyajikan artikel tentang sejarah aksara Sunda dan beberapa aksara yang pernah digunakan oleh suku bangsa Sunda. Silakan Anda baca selanjutnya

Aksara merupakan salah satu ciri kemajuan peradaban serta alat untuk meningkatkan perkembangan suku bangsa. Masyarakat Sunda, sebelum mengenal pada akasra, hidup kesehariannya masih tergolong sederhana. 

Tetapi setelah aksara, kehidupan masyarakatnya jadi lebih meningkat dan maju. Aksara juga selain dari memperlihatkan  ‘jati diri dan nilai diri bisa juga dianggap sebagai batas kehidupan manusia jaman prasejarah ke jaman sejarah.

Aksara Sunda merupakan aksara tradisi yang menjadi identitas, ciri dan kebanggan suatu suku bangsa.

Aksara Sunda yaitu aksara yang digunakan oleh orang Sunda yang diturunkan dari aksara Pallawa, yaitu aksara yang digunakan menulis bahasa India Selatan , yang awalnya berasal dari aksara Brahmi, yaitu aksara yang pernah digunakan untuk menulis bahasa India Kuno. 

Pertama kali aksara Sunda itu digunakan hanya pada penulisan prasasti, piagam, dan naskah kuno.

Menelesuri Aksara Sunda

Aksara sunda diturunkan dari aksara Pallawa, yang diturunkan dari aksara Brahmani. Pada prinsipnya ada tiga macam aksara Pallawa, yaitu :

1.       Pallawa awal, yang berpusat pada model aksara Calukya dan Venggi
2.      Pallawa Panuluy, yang berpusat pada model aksara Pali (Ava dan Siam)
3.       Aksara Nagari, yang mencakup pada model Dewa Nagari dan Nepal.
        
        
Sejarah Aksara Sunda
Bagan Silsilah Aksara Sunda
   
Aksara Pallawa awal mencakup pada cirri-ciri aksara yang ditemukan pada prasasti abad ke-3 sampai abad ke -5 Masehi di India Selatan dan Sri Langka. Aksara ini ditemukan pada prasasti jaman Tarumanegara seperti prasasti Ciaruteun atau Kebonkopi I (450M) dan prasasti Tugu ( 450 M).

Akasara Sunda Panerus digunakan dalam prasasti abad ke-6 sampai ke abad 16 Masehi. Aksara ini dietmukan pada prasasti Kebonkopi II, yang memberitakan bahwa Rakyan Jurui Pangambat pada tahun kawihaji panca pasagi ( 458 Caka atau 536 Masehi), mengenai menganugrahi takhta untuk Haji ‘Raja’ Sunda.

Bukti digunakannya aksara dan  bahasa Sunda kuno ditemukan pada prasasti Geger Hanjuang di Leuwisari Tasikmalaya. Selanjutnya, pada jaman Kerajaan Sunda ( masa Pakuan Pajajaran-Galuh, abad ke-8 sampai abad ke 16 Masehi ), selain itu ditemukan pada beberapa naskah yang jumlahnya terhitung banyak seperti (Carita Parahyangan, fragmen Carita Parahyangan,  

Cerita Ratu Pakuan, Kisah Perjalanan Bujangga Manik, Kisah  Sri Anjnyana, Kisah Pumawijaya, Sahyang Siksakandang Karesian, Sanghyang Raga Dewata, Sanyang Hayu, Pantun Ramayana, Seta Buwana Pitu, Serat Catur Bumi, Sewaka Darma, Amanat Galunggung, Darmajati, Jatiniskala, dan Kawih Paningkes).

Di Jawa Barat pernah digunakan tujuh macam aksara yaitu aksara Pallawa, Pranagari, Sunda Kuno, Jawa (Cacarakan), Arab Pegon, Cararakan dan Latin.  

Aksara Pallawa dan Pranagari (abad ke-5 sampai abad ke-7 Masehi, sekitar 3 abad); Aksara Sunda Kuno )abad ke-14 sampai abad ke-18 Masehi, sekitar 5 abad); 

Aksara Jawa atau Cacarakan (abad ke-11 dan  abad ke-17 sampai abad ke-19 Masehi sekitar 4 abad) ; Aksara Arab Pegon (abad ke-17 sampai pertengahan abad ke-20 Masehi, sekitar 2 abad) dan Aksara Latin ( akhir abad ke-19 sampai dengan sekarang).


Nah itulah pembahasan singkat tentang Sejarah Aksara Sunda yang beberapa aksara yang digunakan oleh suku Sunda. Semoga bermanfaat.

Share Articles

3 komentar:

  1. wah mantep gan ternyata anda orang sunda diam2, udah ganti template apa bang ini blog

    BalasHapus
  2. Iya Kang Komar saya orang Sunda tulen, saya pengajar Bahasa Sunda, Kang. Praktisi kesenian Sunda juga Kang. Templetnya ganti lagi tetapi masih setia versi gratisan kang, wkwkwk...dari templet arlina. Rencananya kalau sudah pinter bikin konten saya mau beli yang premium. Terima kasih kunjungannya gan, salam sukses dan tetap semangat berbagi ilmunya !

    BalasHapus
  3. iya bu Yulian Ratnaningtyas sepatutnya kita tetap menjaga dan melestarikannya sebagai sebuah kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya. Terima kasih atas kunjungannya bu !

    BalasHapus